AKANKAH WABAH CORONA MENJADI GERBANG PERADABAN KHILAFAH ? 

Oleh : Siska Widyani

Sejak muncul di kota Wuhan China Desember 2019 lalu, Corona Virus Disease (Covid-19) telah menyebar hampir ke semua negara di dunia. Kekuatan utama Cina, ekonomi dan perdagangan yang merambah hampir seluruh dunia, menjadikan virus ini begitu cepat menyebar dan meluas. Mirip seperti bakteri Yersinia pestis atau penyakit Black Death yang menyebar melalui kapal-kapal dagang dari Asia ke Eropa di abad ke-14. Update corona dunia berdasarkan data dari worldometers.info, per Senin (1/6/2020) pukul 08.35 GMT, mencatat bahwa total pasien yang terjangkit COVID-19 sebanyak 6.278.671 orang. Total pasien yang meninggal akibat COVID-19 sebanyak 374.158 orang. Total pasien sembuh COVID-19 sebanyak 2.852.784 orang. Sebanyak 215 negara telah terjangkit. Di Indonesia, jumlah kasus positif Covid-19 hingga Rabu (3/6/2020), mencapai 28.233 kasus. Sebanyak 8.406 orang di antaranya dinyatakan sembuh dan 1.698 orang meninggal dunia. Hingga kini, kurva kasus Covid-19 di Indonesia masih menanjak. Semua negara sibuk dan panik menghadapi ancaman wabah ini. Amerika Serikat dan Inggris, disusul Italia, Spanyol dan Perancis, mencatat jumlah korban meninggal akibat penyakit Covid-19 yang tertinggi di dunia. Banyak rumah sakit di Eropa yang tertekuk di bawah tekanan puluhan ribu pasien virus Corona. Krisis ini mengungkap bahwa sistem kesehatan terbaik di dunia sangat kurang diperlengkapi untuk menangani pandemi. Semua negara mengalami kekurangan peralatan medis untuk menangani wabah ini terutama Alat Pelindung Diri (APD) dan ventilator. Amerika, adidaya dunia pun "gagap" menghadapinya. ”Kita bergerak menuju kekacauan,” kata dokter di Rumah Sakit Jackson Memorial, Miami, yang dilansir CNN. ”Segala sesuatunya tidak cukup,” ungkap dokter lainnya. Petugas kesehatan AS menyuarakannya dengan tagar #GetMePPE untuk memohon kepada anggota Kongres dan Wakil Presiden agar memberikan APD yang mereka butuhkan. Dalam penanganan mayat pun tak kalah kacaunya. Sebuah rekaman rahasia mengungkapkan situasi mencekamnya rumah sakit di Detroit AS. Melansir Daily Star pada Rabu (15/4/20), Sebuah gambar menunjukkan, situasi rumah sakit yang dipenuhi mayat-mayat tergeletak. Dalam membendung penyebaran virus Covid, pihak berwenang di seluruh dunia menerapkan langkah-langkah untuk mengunci negara dan kota pada tingkat yang berbeda-beda. Menutup perbatasan, menutup sekolah dan tempat kerja, dan membatasi pertemuan besar. Pembatasan ini oleh IMF disebut sebagai "Great Lockdown". "Great Lockdown" membuat banyak kegiatan ekonomi global terhenti, merugikan bisnis dan menyebabkan orang kehilangan pekerjaan. "Ini benar-benar krisis global karena tidak ada negara yang selamat," demikian kata penasihat ekonomi IMF, Gita Gopinath. Kebijakan Lockdown yang diambil oleh banyak negara berpengaruh besar pada bertambahnya angka kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi, kemiskinan bisa meningkat 4,86 juta dan pengangguran baru meningkat sebanyak 5,23 juta. Sementara, pengangguran di negara adidaya Amerika Serikat (AS) sebanyak 20,5 juta. Ini jumlah tertinggi dalam sejarah Negeri "Uncle Sam". Bahkan dalam laporan terkini disebutkan mencapai 26,5 juta. Organisasi Badan Amal Oxfam memperkirakan bertambahnya angka kemiskinan global. Mulai dari kemiskinan ekstrem yang didefinisikan sebagai hidup dengan 1,90 dolar AS sehari atau kurang (sekitar Rp. 26.600 bila 1 US$ = Rp. 14.000), hingga garis kemiskinan yang lebih tinggi dengan penghasilan kurang dari 5,50 dolar AS sehari (sekitar Rp. 77.000). Diperkirakan kemungkinan jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem bisa mencapai 922 juta di seluruh dunia. Sementara jumlah orang yang hidup di bawah ambang batas 5,50 dolar AS per hari naik dari 548 juta orang menjadi hampir empat miliar. Tak hanya mengancam jiwa dan mata pencaharian, pandemi ini pun mengancam keharmonisan rumah tangga. Dilansir dari VOA (5/4/2020) Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan bahwa meningkatnya tekanan sosial dan ekonomi akibat pandemi virus Corona telah menyebabkan meningkatnya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada wanita dan anak-anak perempuan. Banyak negara telah melaporkan peningkatan signifikan pada kasus KDRT sejak pandemi mulai menyebar secara global pada awal tahun ini. Hal tersebut memungkinkan terjadi karena tekanan atas kebutuhan ekonomi disatukan dengan tingkat stres tinggi karena terjebak di rumah. Wanita dan anak-anak pun menjadi kelompok yang paling terancam karena situasi ini. Terhadap ekonomi, dampak covid luar biasa. Di Indonesia tahun lalu ekonomi masih tumbuh sebesar 5,02%. Namun adanya wabah Covid, “Kami harus bicara apa adanya, target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi cukup tajam,” kata Presiden Jokowi. Di kuartal I-2020 angka tersebut tertekan di level 2,97%. Sri Mulyani pun menilai skenario berat yang pemerintah tetapkan, yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3 persen hingga akhir tahun. Namun menurut prediksi ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn, pertumbuhan untuk tahun 2020 di Indonesia diperkirakan akan melambat menjadi 0%. World Economic Forum (WEF) memprediksikan banyak negara yang ekonominya akan resesi, dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi sejumlah negara akan negatif. IMF meramalkan ekonomi dunia bakal berkontraksi atau tumbuh negatif -3% di 2020. Ramalan ini pun terjadi. Sri Mulyani mengungkapkan laju perekonomian Amerika Serikat (AS) bahkan terkontraksi minus 4% dan China minus hingga 6,8% pada kuartal I-2020 atau terendah sejak 1992. Covid si makhkuk renik telah memberi dampak yang dalam dan dahsyat bagi dunia. Negara Kapitalis yang dianggap hebat dan maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Rusia, Cina, menjadi "keok" dan "termehek mehek" menghadapi senjata yang tidak terlihat dan mematikan tersebut. Covid-19 telah membuka aib dan membuat malu negara-negara Kapitalis-Sekuler atas ketidakmampuannya melindungi kesehatan dan keselamatan nyawa, apalagi memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sinyal Keruntuhan Kapitalisme Global Secara realitas, akibat kegagalan menangani pandemi Covid-19, kini Kapitalisme global tengah di ujung tanduk. Sudah menjadi tabiat Kapitalis, bahwa ia akan disibukkan dalam mencari solusi akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh Kapitalisme itu sendiri. Sistem ini sudah terbukti menyelesaikan masalah dengan menimbulkan masalah. Walaupun peradaban Kapitalisme masih merasa mampu bertahan di tengah krisis, namun masyarakat pada umumnya kian merasakan keanehan dan kezaliman oleh penguasa mereka di seluruh dunia. Covid-19 telah membuka mata hati rakyat bahwa Sistem Kapitalisme telah gagal mengatasi wabah sejak pertama kali muncul. Kapitalisme “sukses” membawa manusia pada krisis kepercayaan. Begitulah tabiat Kapitalisme, sistem yang hanya memikirkan penimbunan dolar tanpa pernah tulus memberikan kesejahteraan rakyat secara cuma-cuma. Tanda-tanda runtuhnya Kapitalisme Global diperkuat oleh pernyataan Henry Kissinger (Secretary of State and National Security Adviser in the Nixon and Ford Administrations dan mantan Menteri Luar Negeri AS) dalam sebuah artikel yang diterbitkan Wall Street Journal, 3 April 2020, “The Coronavirus Pandemic Will Forever Alter the World Order” ( Pandemi Virus Corona Akan Selamanya Mengubah Tatanan Dunia). “The reality is the world will never be the same after the coronavirus”, ungkapnya dalam artikel tersebut. Kissinger juga menjelaskan bahwa kerusakan yang disebabkan oleh pandemi virus Corona mungkin bersifat sementara, tetapi pergolakan (kekacauan) politik dan ekonomi yang disebabkannya bisa bertahan selama beberapa generasi. Opini dunia pun dibanjiri dengan analisis “The world before this coronavirus and after cannot be the same, the world will not go back to normal.” (Dunia sebelum dan sesudah virus Corona tidak akan sama, dunia tidak akan kembali normal). Terlebih lagi, Raja Kapitalisme dunia (AS) saat ini menghadapi situasi dalam negeri yang kacau balau. Ditengah pandemi Covid, demo besar-besaran marak terjadi pasca terbunuhnya WN kulit hitam George Floyd. Demo pun menjalar hingga ke beberapa negara Eropa terkait diskriminasi warna kulit ini. Ditambah lagi semakin memanasnya hubungannya dengan Cina di Laut Cina Selatan yang memungkinkan terjadinya perang diantara mereka. Akankah Pandemi Covid-19 Memberi Peluang Terjadinya Perubahan Wajah Peradaban? Laporan National Intelligence Council’s (NIC) pada Desember 20014 lalu yang berjudul “Mapping the Global Future” memprediksi empat skenario dunia tahun 2020. Satu diantara empat skenario tersebuat adalah “A New Chaliphate”, berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah Pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global Barat. Ini cukup kontroversial, karena prediksi seperti ini sangat jarang diungkap dalam berbagai analisis dunia internasional. Bahkan Kaum Muslim sendiri banyak yang menganggap berdirinya Khilafah Islam adalah utopis dan mustahil. Apakah prediksi NIC mendekati kenyataan? Runtuhnya peradaban saat ini sangat mungkin terjadi. Ibnu Khaldun dalam Kitab Mukaddimah mengatakan lima sebab runtuhnya sebuah peradaban, yaitu : 1. Ketika terjadi ketidakadilan (kesenjangan antara kaya dan miskin). 2. Merajalelanya penindasan kelompok kuat terhadap kelompok lemah (negara kuat menindas negara lemah dan negara lemah harus mengikutinya). 3. Runtuhnya moralitas pemimpin negara (korupsi, pidana, dll). 4. Adanya pemimpin tertutup yang tidak mau dikritik, dan yang mengkritik akan dihukum. 5. Terjadinya bencana besar (peperangan). Meski tak berwujud peperangan fisik, perlawanan terhadap Covid -19 bisa terkategori ini. Kelima sebab di atas sudah terjadi di dunia saat ini. Lantas, akankah Peradaban Islam dengan Sistem Khilafah akan menggantikan posisi Peradaban Kapitalisme? Potensi Bangkitnya Kembali Peradaban Islam Setelah Porak Porandanya Peradaban Kapitalisme Pasca Pandemi Covid-19 Perubahan adalah keniscayaan. Apalagi jika Allah Swt telah menghendakinya. Sejarah bercerita bagaimana Allah Swt telah mempergilirkan kepemimpinan sebuah peradaban atas dunia. Maka, perubahan tatanan dunia baru pasca pandemi Covid-19 pun akan sangat mungkin terjadi. Pada dasarnya umat Islam memiliki potensi luar biasa, sebagaimana yang diungkap oleh Ustaz Abu Abdullah dalam buku “Emerging World Order The Islamic Khilafah State.” Potensi kekuatan dunia Islam antara lain: 1. Kekuatan penduduk dan demografi. Populasi umat Islam di dunia mencapai sekitar 1,6 miliar atau 24 persen dari total penduduk dunia. 2. Kekuatan militer. Militer berada di seluruh negeri kaum Muslimin. 3. Kekuatan ekonomi dan industri. Dunia Islam memiliki cadangan energi dunia (minyak bumi), misalnya di negara-negara Teluk. Bahkan menjadi sumber energi terbesar dunia. 4. Kekuatan posisi geostrategis. Dunia Islam memiliki lokasi geografis yang paling memungkinkan untuk membangun dan memelihara aliansi strategis kekuatan maritim dan sekaligus kontinental. Ini sama saja dengan menguasai pintu-pintu dunia. 5. Kekuatan ideologi. Terletak pada kekuatan iman dan ajaran Islam yang solutif. Inilah kunci perubahan khususnya bekal mentalitas umat agar berani, penuh kekuatan dan berkapasitas sebagai agen perubah. Dan yang pasti, bahwa hadirnya kembali Khilafah Islamiyah merupakan janji Allah Swt. dan bisyarah Rasulullah Saw. Allah Swt. berfirman: Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nur : 55). Harus menjadi sikap umat Islam untuk tidak hanya berpangku tangan menunggu apa yang akan terjadi. Peluang akibat pandemi ini mesti diikuti dengan menyegarkan kembali potensi umat yang telah dimiliki sebagai modal perjuangan. Hal yang mesti dilakukan oleh umat saat ini adalah 1. Secara Individu ; a. Meyakini bahwa wabah Covid adalah bagian dari Qadha Allah SWT yang harus diterima secara ridho, ikhlas, dan sabar. b. Berusaha agar terhindar dari infeksi Covid dengan tetap di rumah kecuali keperluan penting, konsumsi asupan bergizi, istirahat cukup, serta meneladani pola hidup keseharian Rasulullah Saw. c. Membantu (ta'awun) pada sesama untuk meringankan beban kehidupan mereka. d. Memperkuat aqidah dan menambah tsaqofah Islam. e. Memperbanyak ibadah-ibadah sunnah (tilawah & tadabur Al Quran , qiyamullail, shaum, dzikir dll) untuk memperkuat nafsiyah skaligus tazkiyatun nafs. 2. Secara Kolektif Melakukan konsolidasi demi mengembalikan pemahaman Islam Kaffah ke tengah umat. Parpol dakwah harus bergerak bersama dengan semua komponen umat yakni ulama, motivator, da’i, publik figur dan seterusnya demi sebuah perubahan besar dan mendasar. Untuk melakukan perubahan besar menuju tata dunia baru dibutuhkan kesadaran terhadap realitas kerusakan yang akan diubah dan fakta baru untuk menggantikan fakta yang rusak tersebut. Sebagaimana pendapat Syekh Ahmad ‘Athiyat dalam bukunya Jalan Baru Islam (at Thariq). Menurut beliau, ada dua syarat perubahan yaitu kesadaran mengenai fakta kehidupan rusak yang melingkupi kehidupan umat (Sistem Kapitalisme-Sekulerisme) dan kesadaran tentang fakta alternatif pengganti fakta rusak tersebut, yakni Syariah Kaffah dan Khilafah. Jika kesadaran terhadap fakta rusak sudah dimiliki umat Islam melalui proses berfikir mendalam, sekaligus kesadaran terhadap fakta baru yang akan menjadi penggantinya, maka selanjutnya yang dibutuhkan adalah pemahaman tentang metode yang akan ditempuh dalam mewujudkan perubahan menuju fakta baru tersebut. Metode tersebut tak lain ialah metode perjuangan Rasulullah Saw. yang menempuh tiga tahapan: pembinaan, berinteraksi dengan masyarakat dan penerimaan kekuasaan. Serta memahami karakter perjuangan beliau yaitu fikriyah (jalan pemikiran), laa madiyah (tanpa kekerasan) dan siyasiyah (politis). Ini harus menjadi agenda utama umat Islam. Maka teruslah melanjutkan perjuangan agar Khilafah Islamiyah sebagai representasi Peradaban Islam bisa segera kembali. Semoga pandemi ini menjadi “pembuka” gerbang untuk memasuki Peradaban Islam yang gemilang. InsyaAllah... Allahumma aamiin.[] Pustaka Al Quranul Kariim https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.kiblat.net/2020/03/22/peluang-di-balik-wabah-corona-pelajaran-dari-futuh-konstantinopel/&ved=2ahUKEwj4q7DDgN3pAhWJyDgGHYp_ALw4ChAWMAR6BAgCEAE&usg=AOvVaw2hnnkasKA4rStQU4kOoWYq https://bisnis.tempo.co/read/1337779/sri-mulyani-sebut-negara-negara-maju-kewalahan-tangani-corona https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52671341 https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/01/100400065/menilik-upaya-rumah-sakit-di-eropa-saat-menangani-virus-corona- https://nasional.kontan.co.id/news/corona-makin-meluas-jumlah-orang-miskin-diprediksi-bertambah-486-juta-jiwa https://www.kompas.com/global/read/2020/05/08/224642170/virus-corona-as-catatkan-pengangguran-terbanyak-dalam-sejarah?page=all https://republika.co.id/berita/q8igec459/pandemi-corona-dapat-meningkatkan-kemiskinan-global https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/06/190000165/dampak-virus-corona-kasus-kdrt-di-dusnia-meningkat-akibat-covid-19 https://money.kompas.com/read/2020/05/18/160646526/ini-skenario-terberat-perekonomian-ri-akibat-covid-19-versi-sri-mulyani https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.tintasiyasi.com/2020/05/keruntuhan-peradaban-kapitalisme-pasca.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwilvNmC-eXpAhWaXSsKHbO2AnUQFjAAegQIBxAC&usg=AOvVaw1C4mTGlQ1Lc6OFKcpspceJ https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://studies.aljazeera.net/en/reports/responding-kissinger-risks-remodeling-neoliberalism-and-manipulating-enlightenment-values&ved=2ahUKEwiXs9fRu-npAhWRILcAHTFECokQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3Ent5xOkF0DFH5L1bvlcun https://www.wsj.com/articles/the-coronavirus-pandemic-will-forever-alter-the-world-order-11585953005

Komentar

Postingan Populer