Dalam Deritamu, Kau Istimewa


"Kami datang untuk merayakan hari raya, ketika hari raya kami ingin bertanya kepada kalian semua, kenapa di tempat kami tidak ada hari raya ataupun hiasan lainnya? Wahai penduduk di seluruh dunia, bumiku telah hancur. Bumiku yang merdeka telah dirampas....”

Sepenggal bait lagu yang dinyanyikan anak-anak wilayah Syam. Benar-benar sebuah kenyataan keseharian yang dituangkan dalam sebuah gubahan.

"Bagaimana kami membeli sesuatu, sementara tidak punya apa-apa untuk membeli? Jika ingin ke toko, sudah menjadi puing. Semuanya hancur. Kami ingin makan, tapi tidak ada yang bisa dimakan..."

"Aku ingin mati syahid..."
Kenapa?
"Karena aku lapar... Aku ingin makan roti, bukankah di surga ada roti...?"

Pernahkah membayangkan bila ini terjadi pada anak atau saudara kita? Hati yang "hidup" akan menangis mendengar dan menyaksikan semua ini. Suriah, bagian dari wilayah Syam yang dulu indah, kini porak poranda sejak pecah perang di tahun 2011 lalu. Jutaan anak menjadi korban, mereka kehilangan ayah, ibu, dan saudara-saudaranya. Namun mereka hanya bisa memanggil-manggil orang-orang yang dicintainya dan mereka tak tahu harus kemana. Bahkan senjata fisik dan senjata kimia dari penguasa negerinya kapan saja bisa mengenai dirinya.

Sangat kontras dengan kehidupan kita di sini, Indonesia. Walau sebenarnya negeri inipun "terjajah" secara politik dan ekonomi, namun gemerlapnya hiasan dunia masih menghiasi keseharian kita. Ke sekolah, bermain, shopping, hingga wisata kemana saja yang kita suka.

Lebih lagi bila lebaran tiba. Hampir semua keluarga merasakan kebahagiaan karena bisa bertemu dan berkumpul bersama keluarga, kerabat dan juga sahabat lama. Dengan suguhan aneka hidangan khas lebaran yang menggugah selera, sempurna sudah kebersamaan dan perayaan hari raya.

Namun sayangnya saudara kita di "bumi para ulama, bumi para syuhada" tak bisa merasakan meriahnya lebaran. Bila kita mudik untuk kumpul keluarga, maka mereka mengungsi demi menyelamatkan nyawa dan anggota keluarga yang tersisa. Bila kita menikmati hidangan khas lebaran; ketupat opor rendang, maka mereka mengumpulkan serpihan makanan sekedar untuk bertahan. Bahkan harus menahan lapar yang tak tertahankan.

Banyak dari kita yang tak tahu penderitaan mereka di sana. Kalaupun ada yang mengetahuinya lewat media, sekedar tontonan saja. Ahh.. maafkan kami saudaraku yang sedang teraniaya... kami menjadi penonton atas penderitaan kalian disana, di bumi Syam yang diberkahiNya.

Negeri Syam (Arab:بلاد الشام Bilād as-Syam) merupakan wilayah yang terletak di timur Laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan Pegunungan Taurus. Dulu wilayah Syam wilayah yang satu, dengan ibukota Damaskus. Saat ini, wilayah Syam terbagi menjadi empat negara; Suriah, Libanon, Palestina, dan Yordania.

Syam, Negeri Istimewa.

Syam adalah negerinya para Nabi dan Rasul.

Nabi dan Rasul banyak diutus di tanah Syam ini. Jumlahnya mencapai 12 orang. Mereka adalah Luth, Ishak, Ya’kub, Ayub, Zulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Zakaria, Yahya, dan Isa as.

Syam adalah negeri yang diberkati.

Disebut dalam Al Quran dan dikabarkan Rasulullah tentang kebaikannya.

"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al Isra : 1)

Menurut Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thobai "yang telah Kami berkahi sekelilingnya” yaitu yang telah Kami berkahi sekelilingnya bagi para penduduknya di dalam penghidupan-penghidupan mereka, makanan-makanan pokok mereka, hasil-hasil pertanian mereka, dan tanaman-tanaman mereka  ( Jamiul Bayan 17/351 ).

Di dalam ayat di atas Alloh menetapkan keberkahan bagi negeri Syam, dan barakah artinya adalah “ kebaikan yang banyak dan tetap. Diambil dari kata  birkah  yang artinya kumpulan air ( Lihat Mu’Jam Maqayis Lughah 1/130 , Lisanul Arab 10/395 dan Qaulul Mufid 1/245 ).

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ حَوَالَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: كُنَّا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ العُرْي وَالْفَقْرَ وَقِلَّةَ الشَّيْءِ، فَقَالَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبْشِرُوْا؛ فَوَاللهِ! لِأَنَّا مِنْ كَثْرَةِ الشَّيْءِ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ مِنْ قِلَّتِهِ، وَاللهِ! لَا يَزَالُ هَذَا الْأَمْرُ فِيْكُمْ حَتَّى يَفْتَحَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَرْضَ فَارِسٍ، وَأَرْضَ الرُّوْمِ، وَأَرْضَ حِمْيَرِ، وَحَتَّى تَكُوْنُوا أَجْنَاداً ثَلَاثَة: جُنْداً بِالشَّامِ، وَجُنْداً بِالْعِرَاقِ، وَجُنْداً بِالْيَمَنِ، وَحَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ الْمِئَةَ فَيَسْخَطُهَا. قَالَ ابْنُ حَوَالَةَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! اِخْتَرْ لِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: إِنِّي أَخْتَارُ لَكَ الشَّامَ؛ فَإِنَّهُ صَفْوَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ بِلَادِهِ، وَإِلَيْهِ يُحْشَرُ صَفْوَتُهُ مِنْ عِبَادِهِ. يَا أَهْلَ الْيَمَنِ! عَلَيْكُمْ باِلشَّامِ؛ فَإِنَّهُ صَفْوَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ أَرْضِ الشَّامِ، أَلَا فَمَنْ أَبَى؛ فَلْيَسْقِ مِنْ غُدُرِ الْيَمَنِ -جَمْعُ غَدِيْرِ الْمَاءِ-؛ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ تَكَفَّلَ بِالشَّامِ وَأَهْلِهِ.

Dari Abdullah bin Hawalah radhiyallahu ‘anhu, “Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mengadu kepada beliau tentang kekurangan sandang, kefakiran, dan kemiskinan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ketahuilah, demi Allah, kegelimangan (harta) kalian lebih aku takutkan pada kalian daripada kemiskinannya. Demi Allah, perkara ini akan tetap ada pada kalian sampai Allah membebaskan wilayah Persia, wilayah Romawi, dan wilayah Iraq untuk kalian, sehingga terbentuk tiga kelompok pasukan; pasukan di negeri Syam, pasukan di negeri Iraq, dan pasukan di negeri Yaman, hingga seorang laki-laki diberi seratus namun ia tetap merasa tidak puas.’ Ibnu Hawalah berkata, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, pilihkan tempat untukku jika aku menjumpai itu?’ Beliau bersabda, ‘Aku memilihkan negeri Syam untukmu; karena Syam adalah pilihan Allah dari negeri-negeri-Nya, dan di sanalah terkumpul hamba-hamba pilihan-Nya. Wahai penduduk Yaman, hendaklah kalian pergi ke Syam. Karena itu adalah pilihan Allah ‘azza wajalla dari negeri Syam. Bagi yang enggan, hendaklah ia memberi air dari sungai yaman. Karena sesungguhnya Allah ‘azza wajalla telah menjamin negeri Syam dan penduduknya. (HR. Ibnu Asakir dalam kitab Tarikh Damsyiq, 1/75; Al-Albani menyatakan sanadnya shahih dan perawinya Tsiqah, As-Silsilah ash-Shahihah, 7/1260)


Penduduk Syam senantiasa berada di atas al-haqq hingga datang kiamat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق، لا يضرهم من خالفهم ولا من خذلهم حتى تقوم الساعة

قال معاذ: هم أهل الشام

"Senantiasa ada sekelompok umatku yang selalu tegak di atas al-haq, tidak memadharatkan mereka orang yang orang yang menyelisihi dan menelantarkan mereka hingga datang keputusan Allah, dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian."

Muadz berkata: dan mereka adalah penduduk Syam. (Shahih Bukhari : 6767 dan Shahih Muslim : 3544 ).

Dalam riwayat lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا يَزَالُ أَهْلُ الْغَرْبِ ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ

"Penduduk Gharb (yang berada di arah Barat) akan senantiasa menegakkan kebenaran sampai Kiamat datang”. (Diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahihnya 13/68).

Al- Imam Ahmad berkata,”Ahli Gharb adalah penduduk Syam.” ( Manaqibisy-Syam wa Ahlihi halaman 79 )


Syam disebut negeri yang dinaungi sayap malaikat rahmat.

"Kebaikan pada negeri Syam. Kami bertanya, 'Mengapa wahai Rasulullah?' Dia bersabda: 'Karena Malaikat rahmah (pembawa kebaikan) mengembangkan sayap di atasnya.”

(Hadits riwayat Tirmizi, no. 3954, dia berkomentar, haditsnya hasan gharib. Imam Ahmad dalam Al-Musnad, 35/483. Cetakan Muassasah Ar-Risalah, dishahihkan oleh para peneliti. Dishahihkan pula oleh Syekh Al-Albany dalam kitab ‘As-Silsilah As-Shahihah no. 503)

Dikabarkan oleh Rasulullah bahwa Syam akan menjadi pusat negeri Islam di akhir zaman.

“Salamah bin Nufail berkata: aku datang menemui Nabi saw dan berkata: aku bosan merawat kuda perang, aku meletakkan senjataku dan perang telah ditinggalkan para pengusungnya, tak ada lagi perang. Nabi saw menjawab: Sekarang telah tiba saat berperang, akan selalu ada satu kelompok di tengah umatku yang unggul melawan musuh-musuhnya, Allah sesatkan hati-hati banyak kalangan untuk kemudian kelompok tersebut memerangi mereka, dan Allah akan memberi rizki dari mereka (berupa ghanimah) hingga datang keputusan Allah (Kiamat) dan mereka akan selalu demikian adanya. Ketahuilah, pusat negeri Islam adalah Syam. Kuda perang terpasang tali kekang di kepalanya (siap perang), dan itu membawa kebaikan hingga datangnya Kiamat.” (HR. Imam Ahmad)

Masih banyak lagi keistimewaan Syam. Turunnya Nabi Isa as hingga Dajjal pun akan mati terbunuh oleh Nabi Isa as di negeri ini.

Dari An-Nawwas ibn As-Sam’an, Rasulullah SAW bersabda ;

“Saat dia dalam keadaan demikian, Allah mengutus Isa ibn Maryam. Isa turun di menara putih di timur Damaskus, dalam pakaian yang dicelup dengan Wars dan Za’faran, sambil bergantung dengan kedua tangannya di sayap dua malaikat. Jika Isa menggerakkan kepalanya, berteteslah air dan jika dia mengangkat kepala, biji-biji perak laksana mutiara berjatuhan darinya. Setiap orang kafir yang mencium baunya akan mati… Isa mengejar Dajjal sampai ke gerbang Ludd lalu membunuhnya. Kemudian Isa mengusap wajah-wajah mereka dan menceritakan kepada mereka derajat mereka di surga.” (HR. Muslim, Shahih).

Tak banyak yang mengetahui keistimewaan ini. Dan tak banyak yang peduli pada situasi dan kondisi penduduk Syam yang saat ini masih terus "dihabisi" tentara penguasa antek kafir harbi.

Sejak "ibu kandung" (institusi khilafah) yang melindungi umat dilenyapkan antek kafir Kemal Pasha Attaturk, sekulerisme (ide yang meletakkan agama hanya pada persoalan ibadah dan moral), meluncur jauh ke negeri-negeri muslim dan tertancap dalam pikiran individu-individu di dalamnya. Perlahan namun pasti, Syariat Islam Kaffah jauh dari benak umat, berganti dengan aturan kufur jahil hasil pikiran manusia yang sering terpedaya nafsu dunia.

Gaya hidup dan cara pandang ala kafir barat mendominasi umat Islam kini. Banyak dari kita, umat Islam dalam kesehariannya, hanya berkutat dalam urusan dan usaha memenuhi kesenangan duniawi. Orientasi hidup didominasi hal-hal yang tak akan di bawa mati; uang, gelar, karier, jabatan, kedudukan hingga ketenaran dan kemewahan. Waktu luang diisi dengan kesenangan yang seringkali melalaikan; tontonan, tongkrongan, dan hiburan yang melenakan. Gaya hidup yang jauh dari apa yang dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabatnya.

Kehidupan umat Islam seperti ini tak sepenuhnya salah individunya. Karena individu hidup dalam sebuah tatanan kemasyarakatan, hidup dalam sebuah sistem yang menaungi mereka. Kita hidup dalam sebuah sistem, bila sistem buruk, maka kita yang ada di dalamnya menjadi korban dari keburukan sistem yang ada.

Umat perlu di "bangun"kan dari lelapnya. Agar sadar tentang wajib dan urgentnya kembali pada aturan Allah SWT dan sunnah Rasulullah Saw dalam kehidupan secara personal, masyarakat, dan negara. Tentang wajib dan pentingnya umat bersatu dalam institusi yang satu, tanpa ada lagi tapal batas negara.

Selama ini, tapal batas negara menjadi "sekat imaginer" antar negeri muslim. Bahkan kekuatan dan kekuasaan seorang kepala negara muslim tak mampu mendobraknya, karena adanya suatu konvensi yang melarang mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Sebiadab apapun kaum muslim dibantai di suatu negeri, penguasa negeri-negeri muslim tak kuasa menurunkan tentara dan senjata untuk menolongnya. Bantuan yang bisa kita berikan sebatas doa, dukungan moral, dan donasi kemanusian. Padahal sungguh, mereka butuh  perlindungan dan bantuan perlawanan untuk menghadapi musuh yang menyerang.

Bersabarlah wahai saudaraku di Suriah, Palestina, Rohingya, dan negeri lain yang tengah menderita...

Hanya soal waktu janji Allah akan terlaksana. Gelapnya kezhaliman dalam sistem sekulerisme- kapitalisme akan berlalu, berganti Sistem Khilafah yang sesuai manhaj Rasulullah Saw. Kehadirannya, bagai mentari yang tak seorangpun bisa menghalangi.

"Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja dictator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".[HR. Imam Ahmad] ; Shahih.


Kepedihan dan penderitaan ini akan berlalu.
Derita yang mendera akan berakhir dengan surga yang indah.
Karena kalian istimewa...

by Siska Widyani Azis

Komentar

Postingan Populer