Kekuatan yang Dinantikan


“Kami datang untuk merayakan hari raya, ketika hari raya kami ingin bertanya kepada kamu semua, kenapa di tempat kami tidak ada hari raya ataupun hiasan lainnya? Wahai penduduk di seluruh dunia bumiku telah hancur. Bumiku yang merdeka telah dirampas....”

Sebuah lagu yang dinyanyikan anak-anak wilayah Syam, benar-benar realita yang mereka hadapi.
Jangankan untuk berhari raya dengan pakaian dan makanan seperti yang kita rasakan, sebagian dari mereka harus makan rumput untuk bisa bertahan.

Tekanan psikis, kehilangan orang-orang yang mereka cintai, kekerasan, kesadisan, kelaparan, mereka alami bahkan dalam waktu yang bersamaan.
Namun mereka begitu tegar menghadapinya, meski usia masih belia.

"Bagaimana kami membeli sesuatu, sementara tidak punya apa-apa untuk membeli? Jika ingin ke toko, sudah menjadi puing. Semuanya hancur. Kami ingin makan, tapi tidak ada yang bisa dimakan..."

"Aku ingin mati syahid..."
Kenapa?
"Karena aku lapar... Aku ingin makan roti, bukankah di surga ada roti...?"

Ungkapan anak-anak ini membuat hati menangis...
Namun apa yang bisa kita lakukan?
Doa dan donasi kemanusian mungkin akan meringankan beban derita mereka.
Namun kekuatan senjata yang selama ini menggempur mereka seharusnya dihadapi dengan kekuatan senjata.

Negeri-negeri muslim yang merupakan saudaranya tak juga mengirimkan kekuatan senjatanya, karena tunduk pada konvensi internasional untuk tidak mencampuri urusan negara diluar wilayahnya.

Menyaksikan realita kezhaliman, yang juga terjadi di hadapan kita dalam bentuk kezhaliman yang berbeda, masihkah kita menolak sebuah sistem yang akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia?
Dengannya kekayaan pemikiran dan kekayaan alam disatukanQ, sehingga umat memiliki kekuatan dan bisa menjadi adidaya dunia.
Mensejahterakan masyarakat yang ada di dalamnya, muslim maupun non-muslim.

Mungkinkah?
Geliat kebangkitan umat sudah hampir merata di banyak negara.
Umat sudah "gerah" dengan beragam kezhaliman.

Negara adidaya dengan Ideologi sekuleris-kapitalis yang ditopang oleh para penguasa boneka, telah menampakkan krisisnya dimana-mana.
Perlahan tapi pasti akan tereleminasi, seperti benda yang jatuh ke bumi karena gravitasi.
Secara sunnatullah, apa saja yang menyalahi perintahNya, pada akhirnya akan hancur binasa.

"... Tsumma takuunu khilafah 'ala minhajin nubuwwah..." (HR. Imam Ahmad) ; Shahih.

Wallahu a'lamu.

_Siska Widyaz_













Komentar

Postingan Populer