Ingin DILIHAT dan Ingin DIDENGAR


Allah menciptakan manusia dsertai dengan naluri-naluri (gharizah) dalam dirinya. Diantara naluri ini adalah keinginan untuk "eksis". Ingin punya ini punya itu, menghindari bahaya, membela dan melawan ketika diserang, ingin dihormati, dihargai, senang dipuji dan semisalnya.

Tak berdosa bila ada rasa senang saat dipuji. Namun yang perlu untuk kita mawas diri adalah ketika setan menumpangi perasaan senang dipuji ini dengan bisikan sehingga seseorang menjadi riya atau sum'ah. 
#Na'udzubillah

Ar riya (الرياء) secara bahasa berasal dari kata kerja raâ ( راءى) yang bermakna memperlihatkan.
Riya adalah menginginkan keridhaan manusia saat bertaqarrub; berupa aktivitas ibadah ritual atau aktifitas lainnya.

Riya dibatasi hanya dalam perkara taqarrub;
- melamakan sujud, bersedekah, berjihad agar dilihat manusia : riya
- membuat tulisan agar dianggap sebagai orang  berilmu : riya
- berorasi/berpidato karena ingin membuat orang kagum : riya
- memakai baju tambalan agar dikatakan sebagai orang zuhud : riya
- memanjangkan jenggot karena ingin dikatakan melaksanakan sunnah :  riya
- menjamu ribuan orang agar dikatakan dermawan : riya
- berjalan menundukkan kepala agar di anggap rendah hati : riya
- mengeraskan bacaan  Al Quran agar dinilai orang bagus bacaannya : riya
- membawa mushaf Al Quran agar orang-orang menyukai dirinya : riya
Pada selain taqarrub tidak ada riya` ; misalnya memamerkan kelebihan barang/keahlian terkait aktifitas jual-beli bukan termasuk riya, atau berhias dengan pakaian yang dibolehkan bukan termasuk riya.
Namun berpakaian syar'i agar dianggap orang sebagai wanita yang bagus agamanya maka ini riya.

Riya merupakan aktifitas hati, jadi tidak bisa diketahui (orang itu riya atau tidak) kecuali oleh Allah.
Tidak ada cara untuk mengetahui orang itu riya apa tidak.
Bahkan orang yang riya kadang tidak tahu dirinya riya kecuali bila dia berubah menjadi  ikhlas, seperti dikatakan Imam Syafii rahimahullah: Tiada yang mengetahui hakekat riya' kecuali orang yang ikhlas (Dinukil oleh Imam Nawawi dalam kitab Bustanul Arififn).

Riya adalah syirik kecil sebagaimana dikatakan Rasulullah Saw..
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah syirkul ashghar (syirik kecil).” Maka para shahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan syirkul ashghar?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,“Ar-riya’.” [HR. Ahmad no 27742]

Riya akan menghapus amalan, menjadi tak berarti sama sekali.

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’” (HR. Muslim)

Sedangkan sum’ah (السمعة) berasal dari kata  سمّع  samma’a (memperdengarkan) yaitu menceritakan aktifitas taqarrub kepada manusia untuk memperoleh keridhoan mereka. Misalnya ;
Seseorang yang sholat tahajud dimalam hari kemudian menceritakannya agar orang menilainya orang baik atau sholih.
Seseorang yang menolong orang yang kesulitan kemudian menceritakannya agar orang menyukainya atau memuji dirinya.

Bedanya dengan riya, riya menyertai amal, sedangkan sum'ah setelah beramal.
Sum'ah tidak membatalkan amal sebagaimana riya, namun bila seseorang melakukan ibadah dengan ikhlas, setelah melakukannya dia menceritakan amalnya demi keridhoan manusia, Allah meletakkan dosa dalam timbangan amalnya.
Riya dan tasmi' keduanya diharamkan.

"Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada manusia, maka Allah akan memperdengarkan amalnya pada pendengaran seluruh makhluk Allah. Allah akan mengecilkan dan menghinakannya (di hari kiamat) [HR. Ath-Thabrani dan Baihaqi].

Disunnahkan menyembunyikan amal sholih apapun jika memang ada jalan untuk menyembunyikannya.
Rasulullah Saw bersabda;
"Barang siapa diantara kalian yang mampu untuk memiliki amal sholeh yang tersembunyikan maka lakukanlah !"(Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah no 2313)

Wallahu a'lamu

Ya Allah, kami berlindung kepadaMu dari sifat riya dan sum'ah...

Siska Ibnaz
*merujuk pada kitab Min Muqowwimat Nafsiyah Islamiyah.

#selfreminder


Komentar

Postingan Populer